Tanah Air
Oleh : Cokorda
Yudistira
Harian Kompas Cetak |Sabtu, 29 Agustus 2015
Ritual seblang
merupakan pesta persahabatan antara manusia dan makhluk halus (jin dan
sebangsanya). Kesan mistis dalam ritual seblang, misalnya, sudah muncul sebelum
tarian itu dipergelarkan di panggung Payung Agung di Desa Olehsari, Kecamatan
Glagah, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, Jumat (24/7) sore. Ritual seblang di
Olehsari biasanya dipergelarkan mulai hari kelima Idul Fitri.
KOMPAS/COKORDA YUDISTIRA, Warga Desa Olehsari, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, menggelar ritual seblang Olehsari, Jumat (24/7). Tradisi adat masyarakat asli Banyuwangi yang dilangsungkan setelah hari raya Idul Fitri ini bertujuan mengucap syukur dan memohon keselamatan.
Ritual ini menjadi agenda budaya dalam Festival Banyuwangi 2015.
Sukodani (40), pawang
seblang Olehsari, bersama saudaranya, Akwan (52), sibuk selama lebih dari
sepekan sebelum ritual seblang itu digelar. "Ada warga yang kesusupan
(kerasukan). Yang dibicarakannya, siapa yang akan jadi seblang," kata
Sukodani.
Ia mengatakan, pemuka
warga lantas berkumpul untuk merapatkan persiapan ritual seblang. Mereka
kemudian mupu (mengumpulkan) sumbangan dari warga desa untuk
melaksanakan selamatan dan membeli sesajian serta kelengkapan ritual seblang,
termasuk poro bungkil atau hasil panen.
Selamatan
dilangsungkan di makam leluhur di desa itu, antara lain di Pesarean Buyut Ketut
dan Pesarean Buyut Cili di Desa Olehsari. "Kami memohon izin untuk
melaksanakan seblang," ujar Sukodani.
Melalui warga yang
kerasukan, akhirnya ditunjuk pelaku seblang tahun ini adalah Fadiyah, gadis
cilik berusia 10 tahun.
Menurut dia, Fadiyah,
siswa kelas III Sekolah Dasar Negeri 1 Glagah, masih memiliki hubungan darah
dengan penari-penari seblang sebelumnya. "Pelaku seblang tidak bisa lepas
dari keturunan yang pernah menjadi pelaku seblang. Ini kepercayaan kami,"
ungkapnya.
Persiapan
Sejak Jumat pagi,
Malena, menantu Sahwan, salah seorang warga, sibuk menyiapkan omprok,
yakni mahkota seblang yang dibuat dari daun pisang dan dihiasi beraneka bunga. Omprok
sudah disiapkan sejak beberapa hari sebelumnya. Di tempat terpisah, Sahwan yang
sudah sepuh menyiapkan sesajian seblang di rumahnya.
"Mertua saya
pembuat omprok seblang. Saya hanya meneruskan," kata Malena yang
rumahnya tidak jauh dari rumah Sukodani.
Seusai shalat Jumat,
ruang tamu di rumah Malena disesaki banyak orang. Mereka berdesakan melihat
Fadiyah, calon penari seblang, yang sedang dirias dan dipersiapkan untuk
menjadi seblang. Sementara Sukodani menyiapkan arang dan kemenyan untuk dibakar
di halaman rumah Malena. Wangi kemenyan menyeruak dari depan rumah Malena.
Setelah Fadiyah
selesai dirias, Akwan memimpin iring-iringan yang mengantarkan calon pelaku
seblang itu menuju panggung Payung Agung, payung putih berukuran besar yang
sudah disiapkan di lapangan desa. Sementara iring-iringan pengantar seblang
belum tiba, warga sudah memadati area panggung Payung Agung itu.
Di Payung Agung juga sudah bersiap warga yang memainkan gamelan. Ketika penari seblang dan rombongan pengantar tiba, keriuhan pun dimulai. Tetua adat Olehsari, Anshori, meminta khalayak untuk tenang agar ritual dapat dijalankan.
"Seblang-seblang
yo lokento, sing kang dadi encakono." Artinya, 'Seblang datanglah,
masuklah ke raga (penari)'. Gending mantra seblang Lokento itu dinyanyikan
berulang kali oleh sekelompok pesinden dengan diiringi gamelan di panggung
Payung Agung.
Gending seblang
Lokento, yang dipercaya sebagai nyanyian mantra pemanggil roh leluhur, terus
dinyanyikan sekelompok pesinden itu. Fadiyah, yang dalam kondisi tak sadar,
bersiap melakoni seblang. Tubuhnya digoyangkan ke kiri dan ke kanan oleh sang
pendamping.
Penari seblang itu
lantas bergerak pelan. Mata Fadiyah tertutup. Dia mengikuti gerak Sukodani,
sang pawang, yang memandunya berjalan memutari Payung Agung sambil menari.
Tari seblang Olehsari
terlihat sederhana. Penari seblang mengayunkan tangan kanan dan tangan kiri
bergantian. Sekali-sekali ia melambaikan selendang. Gerakan itu dilakukan
berulang-ulang dan ritmis. Masyarakat setempat meyakini, Fadiyah, sang penari,
kerasukan saat menarikan seblang.
Setelah beberapa kali
memutari Payung Agung, Fadiyah dituntun untuk didudukkan. Bersamaan berhentinya
sang penari seblang Olehsari itu, gending mantra seblang Lokento dan gamelan
pun perlahan usai.
Setelah tarian
pertama dari ritus seblang Olehsari usai, Anshori mengumumkan, tradisi adat
seblang Olehsari pada tahun ini dapat dilanjutkan. Pergelaran ritual itu akan
berlangsung hingga sepekan berikutnya. Pengumuman Anshori itu disambut tepuk
tangan sejumlah warga yang menonton dari sekitar panggung Payung Agung.
Setelah beristirahat,
sang penari seblang kembali menari dengan diiringi nyanyian mantra yang
berbeda. Jumat sore itu, pergelaran seblang Olehsari berlangsung hingga petang.
KOMPAS/COKORDA YUDISTIRA
Tradisi
Dalam buku Bunga
Rampai Ritual Adat dan Tradisi Masyarakat Banyuwangi oleh Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi yang ditulis Eko Budi Setianto disebutkan,
pementasan ritual seblang tidak hanya ditonton oleh manusia, tetapi juga
dihadiri ribuan makhluk halus yang berdatangan dari segala penjuru.
Budayawan Banyuwangi,
Hasnan Singodimayan, mengatakan, ritual seblang adalah tradisi masyarakat Using
Banyuwangi. Di Desa Olehsari, ritual seblang diperkirakan muncul tahun 1930-an.
Tradisi seblang juga
dijalankan masyarakat Bakungan, Kecamatan Glagah. Bedanya dengan di Desa Olehsari,
penari seblang di Bakungan adalah perempuan yang sudah menopause dan ritual
dipergelarkan setelah Idul Adha.
Ritual seblang, baik
di Olehsari maupun di Bakungan, dinyatakan erat hubungannya dengan kehidupan
masyarakat Banyuwangi yang umumnya petani. "Seblang dapat juga dimaknai
sebagai ritual tolak bala, sebel-sebel ilang, dan memohon kesuburan dan
berkat," kata Hasnan di sela-sela pergelaran seblang di Desa Olehsari.
Ritual seblang,
menurut Eko Budi Setianto, merupakan bentuk persembahan dan upacara yang
ditujukan bagi alam sekitar. Prosesi seblang kini menjadi bagian kegiatan besar
masyarakat dalam rangkaian bersih desa atau selamatan desa.
Ritual seblang
Olehsari di Banyuwangi hampir sama dengan ritual Sanghyang Dedari, salah satu
tarian sakral di Bali. Hasnan membenarkannya.
Meskipun gerakan tari
sederhana, pelestari kesenian di Desa Olehsari, M Anwar, menyebutkan, seblang
mengilhami munculnya beberapa tarian, di antaranya tari Mijil Seblang dan tari
Kejiman. "Tari Seblang juga berkaitan dengan tari Gandrung
Banyuwangi," ucap Anwar.
Pemerintah Kabupaten
Banyuwangi menjadikan ritual seblang di Desa Olehsari dan Desa Bakungan sebagai
bagian agenda Festival Banyuwangi.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !