Ritual Seblang, Tontonan dan Tuntunan - "DiDo Nogata BAKISAN"
Headlines News :
Home » » Ritual Seblang, Tontonan dan Tuntunan

Ritual Seblang, Tontonan dan Tuntunan

Written By GDE NOGATA on Minggu, 30 Agustus 2015 | 17.51


Tanah Air
Oleh : Cokorda Yudistira
Harian Kompas Cetak |Sabtu, 29 Agustus 2015
Ritual seblang merupakan pesta persahabatan antara manusia dan makhluk halus (jin dan sebangsanya). Kesan mistis dalam ritual seblang, misalnya, sudah muncul sebelum tarian itu dipergelarkan di panggung Payung Agung di Desa Olehsari, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, Jumat (24/7) sore. Ritual seblang di Olehsari biasanya dipergelarkan mulai hari kelima Idul Fitri.

KOMPAS/COKORDA YUDISTIRA, Warga Desa Olehsari, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, menggelar ritual seblang Olehsari, Jumat (24/7). Tradisi adat masyarakat asli Banyuwangi yang dilangsungkan setelah hari raya Idul Fitri ini bertujuan mengucap syukur dan memohon keselamatan.

Ritual ini menjadi agenda budaya dalam Festival Banyuwangi 2015.
Sukodani (40), pawang seblang Olehsari, bersama saudaranya, Akwan (52), sibuk selama lebih dari sepekan sebelum ritual seblang itu digelar. "Ada warga yang kesusupan (kerasukan). Yang dibicarakannya, siapa yang akan jadi seblang," kata Sukodani.
Ia mengatakan, pemuka warga lantas berkumpul untuk merapatkan persiapan ritual seblang. Mereka kemudian mupu (mengumpulkan) sumbangan dari warga desa untuk melaksanakan selamatan dan membeli sesajian serta kelengkapan ritual seblang, termasuk poro bungkil atau hasil panen.
Selamatan dilangsungkan di makam leluhur di desa itu, antara lain di Pesarean Buyut Ketut dan Pesarean Buyut Cili di Desa Olehsari. "Kami memohon izin untuk melaksanakan seblang," ujar Sukodani.
Melalui warga yang kerasukan, akhirnya ditunjuk pelaku seblang tahun ini adalah Fadiyah, gadis cilik berusia 10 tahun.
Menurut dia, Fadiyah, siswa kelas III Sekolah Dasar Negeri 1 Glagah, masih memiliki hubungan darah dengan penari-penari seblang sebelumnya. "Pelaku seblang tidak bisa lepas dari keturunan yang pernah menjadi pelaku seblang. Ini kepercayaan kami," ungkapnya.
Persiapan
Sejak Jumat pagi, Malena, menantu Sahwan, salah seorang warga, sibuk menyiapkan omprok, yakni mahkota seblang yang dibuat dari daun pisang dan dihiasi beraneka bunga. Omprok sudah disiapkan sejak beberapa hari sebelumnya. Di tempat terpisah, Sahwan yang sudah sepuh menyiapkan sesajian seblang di rumahnya.
"Mertua saya pembuat omprok seblang. Saya hanya meneruskan," kata Malena yang rumahnya tidak jauh dari rumah Sukodani.
Seusai shalat Jumat, ruang tamu di rumah Malena disesaki banyak orang. Mereka berdesakan melihat Fadiyah, calon penari seblang, yang sedang dirias dan dipersiapkan untuk menjadi seblang. Sementara Sukodani menyiapkan arang dan kemenyan untuk dibakar di halaman rumah Malena. Wangi kemenyan menyeruak dari depan rumah Malena.
Setelah Fadiyah selesai dirias, Akwan memimpin iring-iringan yang mengantarkan calon pelaku seblang itu menuju panggung Payung Agung, payung putih berukuran besar yang sudah disiapkan di lapangan desa. Sementara iring-iringan pengantar seblang belum tiba, warga sudah memadati area panggung Payung Agung itu.

Di Payung Agung juga sudah bersiap warga yang memainkan gamelan. Ketika penari seblang dan rombongan pengantar tiba, keriuhan pun dimulai. Tetua adat Olehsari, Anshori, meminta khalayak untuk tenang agar ritual dapat dijalankan.
"Seblang-seblang yo lokento, sing kang dadi encakono." Artinya, 'Seblang datanglah, masuklah ke raga (penari)'. Gending mantra seblang Lokento itu dinyanyikan berulang kali oleh sekelompok pesinden dengan diiringi gamelan di panggung Payung Agung.
Gending seblang Lokento, yang dipercaya sebagai nyanyian mantra pemanggil roh leluhur, terus dinyanyikan sekelompok pesinden itu. Fadiyah, yang dalam kondisi tak sadar, bersiap melakoni seblang. Tubuhnya digoyangkan ke kiri dan ke kanan oleh sang pendamping.
Penari seblang itu lantas bergerak pelan. Mata Fadiyah tertutup. Dia mengikuti gerak Sukodani, sang pawang, yang memandunya berjalan memutari Payung Agung sambil menari.
Tari seblang Olehsari terlihat sederhana. Penari seblang mengayunkan tangan kanan dan tangan kiri bergantian. Sekali-sekali ia melambaikan selendang. Gerakan itu dilakukan berulang-ulang dan ritmis. Masyarakat setempat meyakini, Fadiyah, sang penari, kerasukan saat menarikan seblang.
Setelah beberapa kali memutari Payung Agung, Fadiyah dituntun untuk didudukkan. Bersamaan berhentinya sang penari seblang Olehsari itu, gending mantra seblang Lokento dan gamelan pun perlahan usai.
Setelah tarian pertama dari ritus seblang Olehsari usai, Anshori mengumumkan, tradisi adat seblang Olehsari pada tahun ini dapat dilanjutkan. Pergelaran ritual itu akan berlangsung hingga sepekan berikutnya. Pengumuman Anshori itu disambut tepuk tangan sejumlah warga yang menonton dari sekitar panggung Payung Agung.
Setelah beristirahat, sang penari seblang kembali menari dengan diiringi nyanyian mantra yang berbeda. Jumat sore itu, pergelaran seblang Olehsari berlangsung hingga petang.

KOMPAS/COKORDA YUDISTIRA
Tradisi
Dalam buku Bunga Rampai Ritual Adat dan Tradisi Masyarakat Banyuwangi oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi yang ditulis Eko Budi Setianto disebutkan, pementasan ritual seblang tidak hanya ditonton oleh manusia, tetapi juga dihadiri ribuan makhluk halus yang berdatangan dari segala penjuru.
Budayawan Banyuwangi, Hasnan Singodimayan, mengatakan, ritual seblang adalah tradisi masyarakat Using Banyuwangi. Di Desa Olehsari, ritual seblang diperkirakan muncul tahun 1930-an.
Tradisi seblang juga dijalankan masyarakat Bakungan, Kecamatan Glagah. Bedanya dengan di Desa Olehsari, penari seblang di Bakungan adalah perempuan yang sudah menopause dan ritual dipergelarkan setelah Idul Adha.
Ritual seblang, baik di Olehsari maupun di Bakungan, dinyatakan erat hubungannya dengan kehidupan masyarakat Banyuwangi yang umumnya petani. "Seblang dapat juga dimaknai sebagai ritual tolak bala, sebel-sebel ilang, dan memohon kesuburan dan berkat," kata Hasnan di sela-sela pergelaran seblang di Desa Olehsari.
Ritual seblang, menurut Eko Budi Setianto, merupakan bentuk persembahan dan upacara yang ditujukan bagi alam sekitar. Prosesi seblang kini menjadi bagian kegiatan besar masyarakat dalam rangkaian bersih desa atau selamatan desa.
Ritual seblang Olehsari di Banyuwangi hampir sama dengan ritual Sanghyang Dedari, salah satu tarian sakral di Bali. Hasnan membenarkannya.
Meskipun gerakan tari sederhana, pelestari kesenian di Desa Olehsari, M Anwar, menyebutkan, seblang mengilhami munculnya beberapa tarian, di antaranya tari Mijil Seblang dan tari Kejiman. "Tari Seblang juga berkaitan dengan tari Gandrung Banyuwangi," ucap Anwar.
Pemerintah Kabupaten Banyuwangi menjadikan ritual seblang di Desa Olehsari dan Desa Bakungan sebagai bagian agenda Festival Banyuwangi.

Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. "DiDo Nogata BAKISAN" - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template