”Plastik” dari Singkong demi Hidup Sehat - "DiDo Nogata BAKISAN"
Headlines News :
Home » » ”Plastik” dari Singkong demi Hidup Sehat

”Plastik” dari Singkong demi Hidup Sehat

Written By GDE NOGATA on Kamis, 19 November 2015 | 17.41

DAYA UPAYA
Harian Kompas Cetak |Minggu, 11 Oktober 2015

Berapa banyak kita membutuhkan—dan membuang—kantong plastik setiap hari? Sebagian besar langsung menjadi pencemar beracun bagi lingkungan. Inovasi ”plastik” yang dibuat dari tepung singkong memberi harapan baru.

KOMPAS/NUR HIDAYATI                                                                "Plastik" terbuat dari singkong
Ocean Conservancy bekerja sama dengan McKinsey Center for Business and Environment memperhitungkan, pada tahun 2025, akan terdapat 1 ton sampah plastik pada tiap 3 ton ikan tuna di lautan dunia (Kompas, 7/10). Racun dari sampah plastik itu juga bakal tersaji di meja makan pada menu ikan laut yang kita masak.
Fakta tentang sampah plastik yang menggelisahkan ini mungkin terabaikan apabila kita tidak berpikir tentang keberlanjutan lingkungan dan kesehatan diri sendiri. Apalagi, kesehatan anak cucu kita. Namun, Betty Nurbaiti menolak mengabaikan persoalan lingkungan dan kesehatan itu. Pada 2011, ia mendirikan Bio Sentra Indonesia untuk memasarkan kantong ”plastik” yang 100 persen tidak mengandung biji plastik. Kantong ini sepenuhnya dibuat dari bahan tepung singkong dan minyak sayur.
”Plastik” dari tepung singkong ini diolah menjadi kantong belanja dalam beragam ukuran, ketebalan, dan model. Juga diproduksi sebagai kantong sampah, pelapis toilet duduk, dan apron. Sebagai kantong, kekuatannya sangat memadai. Karena pori-porinya rapat, begitu terikat, kantong ini juga kedap bau—misalnya saat digunakan membungkus terasi, ikan asin, atau makanan lain yang beraroma kuat.
Karakter kantong dari tepung singkong ini berbeda dengan sejumlah kantong plastik yang dilabeli istilah ramah lingkungan dan mulai dipakai beberapa supermarket. Pada kantong plastik yang biasa disebut ramah lingkungan itu, dicantumkan keterangan, kantong akan terurai dalam 10 bulan atau dua tahun misalnya. Namun, masih terdapat campuran biji plastik di dalam kantong tersebut. Akibatnya, ketika pecah menjadi potongan-potongan kecil, kantong itu sebenarnya tetap bersifat pencemar dan tidak cukup aman diserap tanah dan tubuh
Sebaliknya, kantong berbahan tepung singkong sangat cepat terurai hingga ke tingkat molekul. Setelah terurai pun, bahannya aman diserap tanah, air, bahkan bisa dimakan, karena tidak mengandung unsur kimia dan racun. Dalam rendaman air, kantong ini merapuh, baru kemudian terurai. Apabila dimasukkan dalam air panas bersuhu 80 derajat celsius, kantong ini bahkan langsung terurai menjadi seperti tepung. Setelah didinginkan, air bertepung itu aman digunakan untuk menyiram tanaman, misalnya.
Kantong berbahan tepung singkong ini diproduksi di Balaraja, Tangerang, oleh Enviplast sebagai pemegang hak paten. ”Pada 2011, Enviplast masih dalam tahap memproduksi sampel. Kami bermitra menjadi distributor produk ini karena memiliki visi dan misi yang sama,” ujar Betty.
Diusir
Betty bercerita, selama dua tahun pertama, ia lebih banyak bersosialisasi memperkenalkan produk kantong ini, berikut misi kepedulian terhadap isu lingkungan dan kesehatan yang terkandung di dalamnya. ”Bukan sekali, saya diusir saat presentasi. Ada juga perusahaan besar yang malah menawar kantong ini lebih murah dari kantong plastik biasa,” ujarnya.
Tantangan terberat bagi pemasaran kantong berbahan singkong ini memang karena harga yang bisa lebih tinggi, hingga 40 persen, dibandingkan kantong plastik biasa. Namun, harga kantong ini bisa diturunkan dengan efisiensi ketebalan dan ukuran. ”Supaya lebih hemat, ukuran dan ketebalan kantong bisa dibuat pas sesuai kebutuhan. Pada produksi kantong ini, penambahan ukuran memang berarti penambahan bahan baku. Sama sekali tidak ada komposisi kimia untuk mengubah ukuran tanpa menambah bahan baku seperti pada produksi plastik,” ujar ibu dua anak ini.
Baru pada tahun 2014, Betty merasakan angin perubahan seiring dengan makin tumbuhnya minat masyarakat pada gaya hidup “hijau”, serta kesadaran menggunakan produk organik. Kini, Bio Sentra memasarkan sekitar 20.000 -50.000 kantong per bulan.
Kantong berbahan tepung singkong ini sudah digunakan menjadi pengemas antara lain oleh sejumlah label produk makanan seperti Sour Sally, Sari Roti, Pizza Hut Delivery, dan Healthy Choice. Hotel Shangrila Jakarta dan Rumah Sakit Bunda Jakarta juga menggunakan kantong yang terbukti aman bagi kesehatan tubuh dan lingkungan ini.
Secara pribadi, Betty sudah berkomitmen pada pola hidup yang sehat dan ramah lingkungan, jauh sebelum ia memasarkan produk ini. Komitmen ini bermula ketika Frederick (12), anaknya sejak kecil mengalami alergi berat. Uji alergen dan pengobatan hingga Amerika Serikat dan Singapura tidak cukup menolong buah hatinya itu. Kini Frederick tumbuh sehat berkat konsumsi produk-produk organik, baik yang dimakan maupun dipakai di badan.
(NUR HIDAYATI)


Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Mengenai Saya

Foto saya
Karmany eva dhikaras te ma phalesu kadachana, ma karma phala hetur bhur ma te sango ,stv akarmani. (Bhagawadgita II.47) Artinya : Kewajibanmu kini hanya bertindak, bekerja tanpa mengharapkan hasil, jangan sekali pahala jadi motifmu, jangan pula berdiam diri jadi tujuanmu.
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. "DiDo Nogata BAKISAN" - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template